Sebelum bergabung dengan Jawa Barat Kota Bekasi merupakan bagian dari Jakarta. Foto : ist |
Setelah Walikota Bekasi Rahmat Effendi memandang lebih memilih bergabung ke DKI Jakarta ketimbang ikut Provinnsi Bogor Raya yang digagas oleh Kota dan Kabupaten Bogor, kini sejarawan Bekasi ikut mengingatkan bagaimana sejarah Bekasi sebelum bergabung dengan Jawa Barat.
Ali Anwar, sejarawan Bekasi, kepada media ini Selasa (20/8) menjelaskan, istilah yang tepat bukanlah bergabung dengan DKI Jakarta, melainkan kembali bergabung dengan Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia itu.
Ali mengungkapkan, Bekasi dahulu merupakan bagian dari Jakarta bukan dari Jawa Barat.
Lebih lanjut Ali menceritakan, pada abad ke-16 Bekasi itu masuk ke wilayah Jayakarta atau DKI Jakarta. Bahkan setelah dikuasi oleh penjajah Belanda dan berubah nama menjadi Batavia, Bekasi masih masuk juga masuk wilayahnya.
Pada tahun 1950 Bekasi masuk bagian dari Provinsi Jawa Barat. Saat itu Indonesia menjadi negara bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS).
Ia menambahkan, kala itu Jakarta menjadi negara bagian distrik vederal Jakarta dan Jawa Barat menjadi negara pasundan.
Ali Anwar menjelaskan, berdasarkan hasil wawancaranya dengan beberapa tokoh-tokoh militer waktu itu, salah satunya Lucas Kustaryo. Alasan Bekasi keluar dari wilayah Jakarta dikarenakan khawatir Belanda kembali melanggar perjanjian.
"Walaupun sudah ada kedaualatan, tapi dari pengalaman Belanda ini kan sering ingkar janji. Maka wilayah Jakarta harus dipersempit sehingga Bekasi keluar dari Jakarta," ungkap dia.
Wilayah Bekasi sebelum masa revolusi dan setelah masa revolusi menjadi basis pertahanan Indonesia khususnya Jakarta dari pasukan penjajah baik ketika penjajahan Belanda dan Jepang maupun ketika agresi militer oleh Belanda yang kembali lagi ke Indonesia.
"Jadi keluar dari Jakarta maksudnya bukan karena ingin masuk ke Jawa Barat. Bekasi inginnya masuk NKRI. Tapi pada kenyataannya ketika Belanda benar-benar hengkang ke negaranya dan RIS jadi NKRI nah Bekasi digabung ke dalam wilayah Jabar," jelas Ali Anwar.
Irionisnya ketika Bekasi masuk ke Provinsi Jawa Barat, Bekasi justru tidak sejahtera. Dari segi ekonomi saja Jakarta dan Jawa Barat berbeda jauh.
Kemudian pada tahun 1980 hingga 1990 ketika berdiri kawasan industri di Bekasi, ternyata banyak anak-anak pejuang yang tidak bisa masuk kerja, anak-anak Bekasi susah masuk kerja dan pengangguran tetap banyak.
"Kita lihat di sini, tingkat pusat dan Jabar tidak begitu peduli dengan Bekasi. Makanya pembangunan Bekasi begitu lamban tapi DKI begitu cepat. Nah ada keinginan dari tokoh masyarakat, atau wali kota termasuk dari saya juga mending kita kembali saja Jakarta," terang dia.
Bahkan ketika sesi wawancara, tokoh-tokoh yang dahulu pernah menuntut keluar dari Jakarta sedikit menyesalkan hal itu.
"Berat memang dahulu kondisinya, saat terbentuk negara bagian Bekasi harus memilih keluar dari DKI karena harus menjadi basis pertahanan dan mempersempit wilayah Jakarta ketika nanti Belanda ingkar janji," paparnya. (HMS)