Tari Laur (Tariat Cacing Laut) dipersembahkan dalam kegiatan BID. Foto : FDL. |
Salah satu siswa Sekolah Dasar (SD) asal Desa Sama, W Aprilia Nengsi Wambes yang tampil membaca asal mula penemuan Tarian Laur/Lag (Tarian Cacing Laut) tersebut. Memaparkan bahwa Tarian Laur/Lag adalah Tarian yang berasal dari Desa Sama yang artinya (Tarian Cacing Laut) yang bisa di jadikan sebagai makanan Masyarakat Sula terlebih khusus Masyarakat Desa Sama, dan itu sudah menjadi tradisi dan budaya Masyarakat Desa Sama.
Laur/Lag (Cacing Laut) di temukan pada beberapa puluh tahun yang silam oleh salah satu orang tua yang bernama Ambadi Wambes di lokasi Umalek Desa Sama.Pada jaman itu orang-orang belum banyak, dan jaman itu adalah jaman tobel. Penemuan Laur/Lag itu pun di laporkan kepada mata oga.
Kemudian suatu malam ada salah satu dari orang tua turun mencari ikan dengan menggunakan alat lobi yang terbuat dari Bambu. Setelah alat lobi di nyalakan untuk mecari ikan namun tiba-tiba saja muncul nya cacing laut yang biasa di sebut (Lag/Laur).
Cacing Laut atau Lag itu pun di ambil oleh orang tua itu lalu di bawa pulang, karena perasaan orang tua itu menyatakan bahwa binatang yang hidup di laut pasti bisa di makan. Sesampai nya di rumah, orang tua itu memperlihatkan bawaan tersebut kepada orang-orang tua yang ada di rumah, dan setelah melihat bawaan itu, mereka mencoba memasak lalu memakanya. Setelah di coba akhirnya bisa juga dijadikan sebagai makanan.
Menjelang beberapa hari kemudian Orang tua-tua itu kembali berkumpul untuk menentukan musim Laur/Lag (Cacing Laut) sesuai dengan kondisi alam, yaitu Pada musim langsat, musim manggis, musim jagung dan musim sukun (Amu). Untuk kondisi alam pada bulan april itulah yang di katakan bahwa satu tahun satu kali mengambil Laur/Lag (Cacing Laut).Demikian cerita asal mula Tarian Laur asal Desa Sama. (Fdl).